I. Pendahuluan
Burung merpati telah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia, baik sebagai hewan peliharaan yang jinak maupun sebagai bagian dari usaha peternakan skala kecil hingga besar. Tidak hanya karena tampilannya yang anggun dan perilakunya yang menarik, merpati juga dikenal karena tingkat kesetiaannya terhadap pasangan, membuatnya menjadi subjek favorit di kalangan penghobi dan peternak.
Bagi siapa pun yang tertarik memelihara atau membudidayakan merpati, memahami proses kawin adalah langkah awal yang sangat penting. Pengetahuan ini tidak hanya membantu mempercepat proses reproduksi, tetapi juga menjaga kesehatan burung dan memastikan keturunan yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
Secara umum, perilaku kawin burung merpati memiliki pola yang cukup konsisten, mulai dari fase penjajakan, proses perkawinan itu sendiri, hingga pembuatan sarang dan pengeraman telur. Setiap tahapan tersebut memiliki ciri khas dan membutuhkan perhatian khusus agar reproduksi berjalan lancar.
II. Kesiapan Reproduksi Burung Merpati
Sebelum memasuki fase kawin, merpati harus mencapai tingkat kematangan tertentu baik dari segi umur, kondisi tubuh, maupun kesiapan hormonal. Banyak kasus kegagalan dalam ternak merpati terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai faktor-faktor dasar ini.
A. Umur dan Kondisi Fisik Ideal
Umumnya, merpati mulai memasuki masa reproduksi pada usia 5 hingga 7 bulan. Namun, tidak semua burung dalam rentang umur tersebut siap untuk kawin. Tanda-tanda kesiapan secara fisik dapat dikenali dari perilaku aktif, postur tegap, serta bulu yang terlihat rapi dan mengilap. Burung yang masih terlalu muda atau belum pulih dari masa mabung biasanya menunjukkan tanda-tanda pasif dan cenderung menghindari interaksi.
Perlu diperhatikan pula kesehatan umum burung. Merpati yang kekurangan nutrisi atau pernah mengalami infeksi saluran pernapasan, misalnya, biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk siap bereproduksi.
B. Ciri Merpati Siap Kawin
Saat memasuki masa birahi, merpati jantan mulai menunjukkan berbagai gerakan khas. Ia sering terlihat menggembungkan dada, berjalan melingkar sambil mengeluarkan suara lembut, serta mengepakkan sayap ringan di hadapan betina. Gerakan ini bertujuan untuk menarik perhatian sekaligus menunjukkan dominasi.
Sementara itu, merpati betina yang telah siap kawin biasanya merespons dengan sikap tenang. Ia bisa diam dalam posisi duduk sambil menundukkan kepala, sebuah isyarat yang menandakan penerimaan terhadap ajakan jantan. Respons ini menandai awal pembentukan ikatan pasangan.
C. Faktor Hormon dan Musim
Di alam liar, musim kawin merpati sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan pencahayaan alami. Suhu hangat dan durasi sinar matahari yang cukup panjang dapat meningkatkan produksi hormon reproduksi. Fenomena ini dikenal sebagai efek fotoperioda, yaitu pengaruh panjang waktu terang terhadap aktivitas hormonal burung.
Dalam lingkungan penangkaran, kondisi tersebut dapat disimulasikan dengan menjaga suhu kandang tetap stabil dan menyediakan pencahayaan buatan selama 12–14 jam per hari. Strategi ini terbukti mampu mempercepat proses birahi dan kesiapan kawin, terutama di daerah dengan perubahan musim ekstrem.
III. Perilaku Penjodohan
Setelah merpati mencapai kesiapan biologis dan mental untuk bereproduksi, tahap berikutnya adalah penjodohan. Fase ini sangat krusial karena menentukan apakah dua ekor merpati akan membentuk pasangan yang stabil dan harmonis. Proses penjodohan alami biasanya berlangsung secara bertahap dan penuh interaksi sosial.
A. Proses Pendekatan Alami
Pendekatan awal umumnya dimulai oleh merpati jantan. Ia akan menunjukkan ketertarikan melalui serangkaian perilaku khas seperti mengeluarkan suara halus yang terdengar seperti gumaman “guk guk” serta berjalan melingkar di sekitar betina sambil menggembungkan dada. Gerakan ini mencerminkan usaha jantan untuk tampil menarik dan menunjukkan kepercayaan diri.
Selain suara dan gerakan, jantan juga sering mencoba mendekati paruh betina secara perlahan. Dalam beberapa kasus, jantan akan menyuapi betina dengan makanan kecil sebagai bentuk perhatian dan pendekatan emosional. Jika betina tidak menunjukkan tanda-tanda menghindar, artinya ketertarikan mulai tumbuh di antara keduanya.
B. Pembentukan Pasangan Monogami
Merpati termasuk jenis burung yang memiliki kecenderungan monogami. Setelah merasa cocok satu sama lain, mereka akan membentuk pasangan tetap dan menunjukkan keterikatan emosional yang kuat. Salah satu indikator ikatan ini adalah kebiasaan saling membersihkan bulu atau duduk berdampingan dalam waktu lama.
Pasangan yang telah berjodoh biasanya akan selalu terlihat bersama—baik saat makan, bertengger, maupun saat mencari lokasi sarang. Ikatan ini menjadi pondasi penting untuk proses kawin yang sehat serta keberhasilan dalam merawat telur dan anak nanti.

IV. Proses Kawin Merpati
Setelah pasangan terbentuk dan keduanya menunjukkan kecocokan, merpati akan memasuki fase kawin. Proses ini tidak berlangsung sembarangan, melainkan melalui serangkaian tahapan perilaku yang menggambarkan kesiapan fisik dan emosional dari kedua burung.
A. Ritual Sebelum Kawin
Ritual ini diawali oleh jantan yang kembali menunjukkan berbagai gerakan khas untuk memastikan betina benar-benar siap. Ia akan menundukkan kepala sambil menggembungkan dadanya lebih besar dari biasanya, kemudian mengepakkan sayap dengan pelan tapi tegas. Gerakan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mengandung sinyal komunikasi antara kedua burung.
Jika betina memberikan sinyal penerimaan, biasanya ia akan tetap dalam posisi diam sambil sedikit menunduk. Respon pasif ini menunjukkan bahwa ia tidak menolak dan siap untuk dikawini. Interaksi tersebut menciptakan harmoni yang memudahkan proses kopulasi berlangsung tanpa perlawanan.
B. Kopulasi (Perkawinan)
Proses kawin merpati terjadi melalui kontak langsung antara kloaka jantan dan betina, yang disebut sebagai “cloacal kiss”. Momen ini sangat singkat, biasanya hanya berlangsung beberapa detik, namun cukup untuk terjadinya pembuahan. Umumnya, kopulasi terjadi pada pagi atau sore hari, waktu di mana suasana lebih tenang dan suhu lingkungan lebih stabil.
Setelah proses tersebut selesai, betina cenderung menjauh dan mulai mencari tempat yang dirasa cocok untuk meletakkan telurnya. Perilaku ini merupakan pertanda bahwa pembuahan kemungkinan besar telah berhasil, dan insting untuk bersarang mulai muncul secara alami.
V. Sarang dan Bertelur
Setelah proses kawin selesai, perhatian merpati beralih pada persiapan sarang dan masa bertelur. Fase ini menandai komitmen pasangan dalam melanjutkan siklus reproduksi serta tanggung jawab bersama dalam merawat keturunan yang akan lahir.
A. Persiapan Sarang
Pembuatan sarang merupakan hasil kerja sama antara jantan dan betina. Keduanya akan mulai mencari bahan seperti ranting halus, jerami, atau daun kering. Jantan biasanya lebih aktif dalam mengumpulkan material, sementara betina fokus menyusun dan merapikannya di lokasi yang telah disepakati.
Lokasi ideal untuk sarang adalah tempat yang cukup tinggi, terlindung dari gangguan, serta memiliki sirkulasi udara yang baik. Di lingkungan penangkaran, glodok atau kotak sarang yang tertutup sebagian sangat membantu menciptakan rasa aman bagi betina.
B. Proses Bertelur
Setelah sarang dirasa cukup nyaman, betina akan bertelur, biasanya dua butir, dalam jeda waktu sekitar satu hari. Telur-telur tersebut berwarna putih krem dan memiliki ukuran relatif kecil. Proses bertelur berlangsung tanpa banyak gejala mencolok, sehingga peternak perlu jeli memperhatikan perubahan perilaku betina, seperti lebih sering berada di sarang dan menunjukkan sikap protektif.
C. Masa Pengeraman
Pengeraman dimulai segera setelah telur kedua keluar. Proses ini berlangsung sekitar 17 hari, dan tanggung jawabnya dibagi secara bergantian. Jantan biasanya mengambil peran di siang hari, sementara betina mengerami pada malam hari. Pola ini berlangsung konsisten dan membantu menjaga suhu telur tetap stabil sepanjang waktu.
Selama masa pengeraman, pasangan merpati cenderung lebih pendiam dan menghindari aktivitas yang berlebihan. Gangguan dari luar bisa mengganggu konsentrasi mereka, bahkan dalam beberapa kasus bisa menyebabkan telur ditinggalkan.


VI. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kawin
Keberhasilan proses kawin dan bertelur pada merpati tidak hanya ditentukan oleh kesiapan fisik pasangan. Ada berbagai faktor eksternal yang dapat mempercepat atau justru menghambat proses reproduksi. Bagi peternak atau penghobi, memperhatikan elemen-elemen ini menjadi kunci agar hasil ternak lebih optimal.
A. Kondisi Kandang
Lingkungan tempat tinggal merpati memengaruhi kenyamanan serta kestabilan perilaku mereka. Kandang yang terlalu gelap, lembap, atau berisik bisa menimbulkan stres dan menurunkan gairah kawin. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kandang tetap terang pada siang hari, memiliki sirkulasi udara baik, serta terbebas dari gangguan hewan predator seperti tikus atau kucing.
Sediakan kotak sarang atau glodok yang kokoh dan tertutup sebagian. Bahan yang digunakan sebaiknya tidak berbau tajam dan mudah dibersihkan agar tidak mengganggu kenyamanan pasangan saat bersarang.
B. Nutrisi
Pakan yang bergizi berperan besar dalam menjaga stamina dan mempercepat kematangan organ reproduksi. Komposisi utama yang seimbang antara karbohidrat dan protein akan membantu meningkatkan energi sekaligus produksi hormon.
Jagung, beras merah, dan kacang hijau adalah pilihan umum yang dapat diberikan secara rutin. Sebagai tambahan, kacang tanah, kedelai rebus, atau pelet khusus merpati bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak sehat. Pastikan juga selalu tersedia air minum segar dan grit—campuran batu kecil dan mineral—yang membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi.
C. Stimulasi dan Ketenangan Lingkungan
Merpati sangat peka terhadap suara dan perubahan lingkungan. Suara keras seperti mesin, teriakan, atau keributan mendadak bisa menghambat birahi dan membuat burung enggan kawin. Tempatkan kandang di lokasi yang tenang dan minim lalu lintas manusia agar pasangan dapat berinteraksi tanpa tekanan.
Waktu paling kondusif untuk proses kawin biasanya pada pagi atau sore hari, saat suhu udara relatif stabil dan cahaya alami cukup. Jika dikelola dengan baik, suasana ini mampu mendukung kestabilan emosi burung dan meningkatkan peluang reproduksi yang berhasil.
VII. Tips Agar Burung Merpati Cepat Kawin dan Bertelur
Meski merpati memiliki insting kawin yang kuat, tidak semua pasangan langsung berhasil dalam percobaan pertama. Dibutuhkan pendekatan cermat agar proses ini berjalan lancar dan menghasilkan telur yang sehat. Beberapa langkah berikut terbukti membantu mempercepat keberhasilan reproduksi, baik untuk skala hobi maupun peternakan kecil.
1. Pilih Pasangan yang Sehat dan Siap Usia
Sebelum menyatukan dua merpati, pastikan keduanya berada dalam kondisi tubuh yang bugar serta telah memasuki usia matang kawin. Hindari memaksa burung yang terlalu muda atau sedang sakit karena hal ini dapat menghambat proses reproduksi dan meningkatkan risiko stres.
2. Dekatkan Kandang Sebelum Disatukan
Pendekatan secara bertahap jauh lebih efektif dibanding langsung mencampurkan jantan dan betina dalam satu ruang. Letakkan kandang mereka berdampingan selama beberapa hari agar terjadi adaptasi visual dan suara. Ketika keduanya mulai menunjukkan tanda ketertarikan, baru satukan dalam kandang penjodohan.
3. Berikan Makanan Tinggi Gizi dan Vitamin Pendukung
Pola makan harian sangat memengaruhi gairah kawin. Sediakan menu yang mengandung biji-bijian bervariasi, serta tambahkan vitamin E yang dikenal mendukung sistem reproduksi. Multivitamin khusus burung juga dapat diberikan seminggu sekali untuk membantu meningkatkan kondisi hormonal.
4. Sediakan Sarang yang Aman dan Nyaman
Fasilitas sarang yang tertutup sebagian, jauh dari kebisingan, serta bebas dari gangguan adalah faktor penting untuk meningkatkan rasa aman. Sarang yang dibuat asal-asalan bisa menyebabkan betina enggan bertelur atau bahkan meninggalkan sarang saat pengeraman.
5. Hindari Perubahan Lokasi Secara Mendadak
Pindah kandang atau lingkungan baru dapat menyebabkan penurunan birahi secara drastis. Usahakan untuk mempertahankan lokasi yang sama selama masa penjodohan hingga pengeraman selesai, agar burung tidak kehilangan rasa nyaman yang sudah terbentuk.
6. Jaga Kebersihan Secara Konsisten
Lingkungan yang bersih tidak hanya mencegah penyakit, tetapi juga membantu menjaga kenyamanan dan kestabilan perilaku burung. Bersihkan kotoran, sisa pakan, dan ganti air minum setiap hari untuk menciptakan suasana kandang yang sehat dan mendukung reproduksi.

VIII. Kesimpulan
Burung merpati memiliki sistem reproduksi yang cukup terstruktur dan menarik untuk dipelajari, terutama bagi Anda yang ingin mengembangkan hobi menjadi usaha ternak kecil. Proses kawin merpati tidak sekadar pertemuan dua individu, tetapi mencakup tahapan panjang mulai dari kesiapan fisik, penjodohan emosional, hingga kerja sama dalam membangun sarang dan mengerami telur.
Keberhasilan dalam ternak merpati sangat dipengaruhi oleh pemahaman terhadap perilaku alaminya, serta dukungan lingkungan yang mendukung. Nutrisi seimbang, suasana tenang, serta sarang yang nyaman akan membantu mempercepat proses kawin dan meningkatkan peluang keberhasilan bertelur.
Bagi peternak pemula maupun penghobi berpengalaman, kesabaran dan ketelitian adalah dua hal utama dalam merawat pasangan merpati. Jika dilakukan dengan cara yang tepat, bukan hal sulit untuk melihat sepasang merpati berkembang biak secara sehat dan konsisten dari waktu ke waktu.
Jika Anda mencari toko perlengkapan burung walet, maka Anda bisa kunjungi website kami di Piro System ini! Kami mempunyai beragam produk peralatan burung walet dan kami juga punya suara panggil burung walet asli yang bisa didownload untuk Anda!
No related posts.